HeadlineHukum dan KriminalLegislatifRagam

Hidup Sebatang Kara Ditanah Kelahiran, Pria Tunawisma Ditemukan Meninggal di Taman Kota Asembagus

SITUBONDO, Kabardesa.co.id – Seorang pria berinisial MY (51), ditemukan meninggal duniadi teras gudang genset kawasan taman Asembagus pada pagi pukul 05.00 Wib. MY diketahui meninggal dunia, oleh warga yang sedang berolahraga pagi. Selasa (22/04)

Menurut KTP yang ditemukan di lokasi, ia tercatat sebagai warga Kampung Timur RT 002 RW 004, Desa Trigonco, Kecamatan Asembagus. Namun, warga sekitar mengenalnya bukan sebagai seorang yang memiliki rumah atau tempat tinggal tetap. MY adalah salah satu dari sekian banyak potret nyata kemiskinan yang kerap luput dari perhatian.

Sosok MY bukanlah asing bagi masyarakat sekitar taman. Ia dikenal hidup menggelandang, tidur berpindah-pindah dari sudut taman ke emperan bangunan. Tidak jelas apakah ia masih memiliki keluarga, namun yang pasti, ia menjalani hari-harinya sendiri, dalam keheningan dan keterasingan. Untuk makan pun, kerap bergantung dari uluran tangan warga yang merasa iba.

“Sudah lama saya lihat beliau sering tidur di taman. Kadang dikasih makan sama orang-orang yang lewat. Tapi ya begitu, hidupnya kasihan banget. Sekarang malah meninggal di tempat terbuka seperti itu,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.

MY sendiri disebut sempat merantau ke luar daerah selama beberapa tahun. Namun setelah kembali ke tanah kelahirannya, ia terlihat makin terpinggirkan seolah tidak lagi memiliki tempat di tengah lingkungan tempat ia dibesarkan. Seiring waktu, MY semakin tenggelam dalam keterasingan, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir di tempat yang bukan rumah, bukan pula tempat yang layak disebut tempat tinggal: taman kota.

Penemuan jasad MY pertama kali dilaporkan oleh Rahmat Basukiwarga yang tengah berolahraga pagi. Ia curiga melihat tubuh seseorang yang terbaring kaku di teras gudang genset taman. Ketika didekati, pria tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

“Saya langsung panggil warga lain buat bantu ngecek. Ternyata memang sudah meninggal. Kami langsung hubungi pihak kepolisian dan perangkat desa,” kata Rahmat.

Kapolsek Asembagus, Iptu Untoro Windu Priyadi, membenarkan kejadian tersebut. Dalam keterangan resminya kepada awak media, ia menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan awal dan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.

“Korban ditemukan dalam posisi terlentang, kepala di sisi timur dan kaki mengarah ke barat. Mengenakan sarung hitam, tanpa mengenakan atasan. Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ada tanda-tanda kekerasan. Korban memiliki perawakan kurus, tinggi sekitar 175 cm,” ujar Kapolsek.

Pukul 06.40 WIB, jasad MY dibawa ke RSUD Asembagus untuk pemeriksaan medis lebih lanjut (Visum Et Repertum Luar). Pihak desa Trigonco menyatakan siap bertanggung jawab atas pembiayaan rumah sakit serta prosesi pemakaman MY.

“Sebagai bagian dari masyarakat, kami terpanggil untuk mengurus jenazah beliau dengan layak.,” ujar seorang perwakilan desa.

Peristiwa ini menjadi cermin buram dari realitas sosial yang masih menghantui banyak daerah. Di tengah geliat pembangunan, masih ada jiwa-jiwa yang luput dari perhatian mereka yang tidak bersuara, tidak menuntut, hanya menjalani hidup seadanya, hingga ajal menjemput dalam kesunyian.

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button